EdlaNews.com| SIBOLGA – Sejumlah Pengurus Golkar (PG), Pengurus Kecamatan(PK) Partai Golongan Karya (Golkar) Kota sibolga resmi menyatakan mengundurkan diri, Pada Kamis 3 Desember 2020 sekira Pukul 16.00 Wib.
Hal itu disampaikan Arya Wirawan selaku pengurus Golkar kota Sibolga (PG) dan didampingi kader Golkar lainnya di centre pasangan nomor urut 1 Jamal-Pantas.
Dirinya menyebutkan, bahwa Golkar menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) tahun 2020 sudah tidak sejalan lagi.
“Kami resmi mengundurkan diri dari Partai Golkar, Jamal-Pantas pilihan kami. Kami pun kecewa dengan ‘Partai Golkar’ padahal pak Jamal ini sebelumnya lama sebagai Dewan Pertimbangan (Wantim) di Partai Golkar,” sebut Arya.
Sementara Warisuni Warasi PG Golkar dan pengurus lainnya juga menuturkan, telah menyatakan sikap resmi mundur dari Partai Golkar dengan alasan pasca Pemilihan Legislatif dan Musda Golkar dengan dipilihnya Syarif Hutauruk menjadi Wantim Partai Golkar.
“Menurut hemat kami dan catatan kami sebagai kader Partai Golkar bahwa Syarif dalam Pileg tahun 2019 tidak mendukung kami sebagai kader Partai Golkar, bahkan terkesan tidak posisi membangun. Sehingga pasca Musda Syarfi ditarik kembali lagi sebagai Wantim Golkar Sibolga kami merasa sangat kecewa sekali dan bertentangan dengan hati nurani kami,” ucap Warisuni.
Masih lanjut Warisuni, ditambah lagi dengan pengurusan Partai Golkar secara nasional mendukung pasangan nomor urut 2. Seyogianya kenapa tidak mendukung kader terbaik Partai Golkar yaitu Jamal dikenal dengan nomor urut 1.
H. Jamaluddin Pohan adalah besar dari Partai Golkar yang pada akhirnya tidak didukung padahal semua tau bahwa Jamal sudah berbuat yang terbaik.
“Kenapa kami menjatuhkan pilihan kepada Jamal-Pantas nomor urut 1, karena kami lihat langsung Jamal-Pantas lah yang sudah bersentuhan dengan masyarakat di kota Sibolga, dirinya juga langsung memprogram kan yang namanya ‘Berbasis Lingkungan’. Kalau pak Jokowi membangun dari desa, kini pak Jamal membangun dari lingkungannya,” beber Warisuni.
Ditambahkannya, selain itu masalah pendidikan dengan membantu masyarakat kecil, memberikan beasiswa atau bantuan pendidikan sebesar 700 ribu rupiah untuk 1 orang anak.
“Tanpa kita sadari di Sibolga itu banyak anak yang putus sekolah contohnya banyak di rumah makan menjadi tukang semir jalananjalanan, faktornya satu orang tua tidak sanggup membiayai itu,” pungkas Warisuni.(Firmansyah).